}

Review GJLS: Ibuku Ibu-Ibu, Karya Emas dengan Judul yang Terlalu Asal Bunyi Mas




  • Judul: GJLS: Ibuku Ibu-Ibu
  • Penulis: Monty Tiwa, Rza Kumar, Mohammed Syazsa, Erik Tiwa
  • Genre: Komedi ilmiah
  • Produksi: Sinemagna
  • Durasi: 95 menit
  • Tahun Rilis: 2025

  

Sinopsis

ริเกนฮิฟด์ซีและริสโปเป็นพี่น้องสามคนที่ไม่มีเป้าหมายในชีวิตพวกเขายังคงพึ่งพาพ่อของพวกเขาทิโอเจ้าของหอพักที่ภรรยาเพิ่งทิ้งเขาไปสถานการณ์นี้ทำให้ครอบครัวเสียหลักทิโอกำลังตกต่ำในขณะที่ลูกๆของเขาต่างก็ยุ่งอยู่กับปัญหาส่วนตัวฮิฟด์ซีหัวหน้าแก๊งค์ดันดุตต้องการเงินเพื่อแต่งงานกับแฟนสาวที่กำลังตั้งครรภ์ริเกนหมอผีฝนต้องซื้อรถใหม่แทนรถที่หายไปของหัวหน้าแก๊งค์และริสโปกำลังถูกพวกนอกกฎหมายตามล่าเพราะติดการพนันออนไลน์พวกเขาหวังว่าทิโอจะขายหอพักของครอบครัวเพื่อแก้ปัญหาของพวกเขาปรากฏว่าพ่อกลับประกาศว่าจะแต่งงานกับเฟนิผู้อยู่อาศัยในหอพักและSPGรุ่นเยาว์และยังต้องการส่งต่อธุรกิจหอพักให้เธอในอนาคตอีกด้วยพี่น้องทั้งสามสงสัยแรงจูงใจของเฟนิและพยายามขัดขวางแผนการแต่งงานของทิโอในขณะที่พวกเขากำลังสงสัยซึ่งกันและกันซูมิเพื่อนเก่าของทิโอก็ปรากฏตัวขึ้นและหลอกลวงครอบครัวได้อย่างง่ายดายเมื่อพวกเขารู้ตัวซูมิก็วิ่งหนีไปพร้อมกับใบรับรองหอพักในที่สุดฮิฟซีริเกนและริสโปต้องใช้สติปัญญาที่ต่ำกว่ามาตรฐานของตนเพื่อรักษาทรัพย์สมบัติของครอบครัวและชดใช้บาปที่ตนมีต่อพ่อ

 

GJLS: Ibuku Ibu-Ibu. Sebuah judul yang betul-betul mewakili isi keseluruhan cerita. Percaya tidak percaya. Absurditas yang luar biasa khas dari ketiga punggawanya; kesederhanaan pemilihan kata yang ‘mungkin’ coba diangkat untuk menggambarkan diri dan komedi mereka yang menjadi sedemikian apa adanya (sekalipun terdengar asal bunyi); Bhinneka Tunngal Ika, berbeda-beda tetapi film komedi juga.

Tolong jangan komplain kalo ulasannya aneh. Filmnya juga begitu. Anehnya bukan sekadar “kok filmnya begini?”, tapi lebih ke “kok beginian bisa jadi film?”

 

GJLS: Ibuku Ibu-Ibu. Bercerita tentang tiga bersaudara yang silsilahnya rumit sekali. Sebegitu rumit sampai-sampai Umay Shihab dibuat mengernyit dahi dan mesti mengulang adegan berkali-kali alias terlalu bloopers mas. Mereka adalah Rigen, Rispo dan Abdul Talaud, tiga bersaudara yang benang kusutnya saling bertaut. Ditinggal pergi ‘Ibu Kita Kartini’ menjadi premis induk yang mengantarkan mereka pada hidup yang kalut. Uniknya, dibalut dengan komedi absurd yang terlalu nekat, ‘yang kayaknya’ film ini tetap berhasil membuat cerita terasa dekat.

 

Berbagai pemeran kenamaan yang ditugaskan Sinemagna untuk membawa cerita, malah dibuat ‘kasihan’ oleh Monty Tiwa. Bucek Depp yang dikenal gagah, sangar dan berwibawa; lakon wanita yang kita kenal cantik dan anggun seperti Luna dan Nadya Arina; tiap-tiap karakter mereka dikuliti dan disuguhi dialog asal bunyi. Kasihan. Segala adegan yang semestinya dapat mengakibatkan penikmatnya melesung pipi, mengernyit dahi, dan melembap mata, disulap tim dan Monty Tiwa menjadi penuh tawa tanpa paksa. Ibarat atlet tembak professional, Monty berhasil melesatkan semua amunisinya tepat sasaran. Visual. Suara. Pemeran. Adegan. Bahkan Ketika amunisinya habis, Monty ganti melempar pistol yang anehnya tetap tepat sasaran tembak. Yup. Terlepas dari komoditi-komoditi yang dapat menghasilkan komedi, filmnya tersendiri pun dikomedikan. Luar biasa sekaligus kasihan sama reputasi Monty Tiwa.

 

Demikian.

Diluar itu, agaknya aku takut menggembosi film yang sehari baru tayang. Meskipun begitu, izinkan aku berbagi penilaianku barang sedikit asal:


Visual: Pak Monty menyulap film youtube ke layar lebar/10

Audio: Bucek Depp kasihan disuruh cover Feromon punya Orkes Pensil Alis/10

Cerita: Segoblok itu/10

Keseluruhan: Tidak terhingga/10

 

Note: I believe that this review is kinda subjective. I'm a huge fan of GJLS, so take my review for what it's worth. But I was blown away by the audience reaction - the cinema was packed and everyone was laughing nonstop, from the previews to the credits rolling. It's clear that the movie nailed the whole "scientific comedy" vibe, and I was surprised by just how well it worked.

No comments:

Post a Comment

Pendapatmu??