}

REVIEW: YOUR NAME, CERITA SEDERHANA YANG PELIK

 


sc: pinterest


  • Judul: Kimi no Na Wa/Your Name
  • Penulis: Makoto Shinkai
  • Genre: Romansa, Drama, Fantasi
  • Produksi: Comix Wave Films
  • Durasi: 107 menit
  • Tahun Rilis: 2016 

Sinopsis

Bintang-bintang jatuh menjadi pertanda mulainya kisah dimana dua kehidupan tidak lagi akan berjalan serupa sebelumnya. Mitsuha dan Taki, dua remaja yang asing satu sama lain mengamalkan kehidupan mereka sendiri-sendiri. Sampai lalu, satu anomali terjadi. Keduanya bertukar raga demikian tiba-tiba. Satu pagi sewaktu terbangun dari tidurnya, Miyamizu Mitsuha mendapati dirinya terjebak dalam tubuh laki-laki yang entah siapa, pun dengan Tachibana Taki yang terbangun pada tubuh satu gadis remaja yang tidak ia kenali. Anomali yang terjadi kian berlarut-larut yang mana pada akhirnya mengharuskan keduanya menyesuaikan diri dengan kehidupan satu dan yang lain. 


Yang unik, segala yang pada mulanya kedua remaja tadi kerjakan dengan terbata-bata berhasil berjalan baik. Dengan meninggalkan catatan, pesan dan jejak lain-lain, keduanya berusaha membangun koneksi dan mencoba berkomunikasi. Sampai satu waktu sebuah bintang jatuh menerangi malam, sesuatu yang tidak mereka tahu kembali menjadi asing. Entah apa. Yang pasti, sesuatu berjalan pada haluan yang tidak lagi sama. Dan yang demikian mendatangkan persoalan-persoalan yang jawabannya memestikan keduanya untuk bertemu. Begitulah. Dan lalu, keduanya memutuskan untuk saling mencari.”

 


Your Name. Adalah sesederhana-sederhananya nama pada sajian yang perkaranya rumit betul-betul. “Your Name” sendiri merupakan versi terjemah dari judul asli berbahasa jepang, “Kimi no Na Wa”, dengan makna yang senada. Penyematan judul pada film yang sudah tayang 5 tahun silam ini, layak menerima setinggi-tinggi apresiasi. Sungguh. Begitu simpel, membekas sekaligus. Sebuah judul yang terkesan biasa-biasa saja yang mana di tangan magis si penulis, Makoto Shinkai, dapat diuliknya menjadi sebuah konflik pokok yang menarik dan apik.


Your Name. Bercerita tentang dua remaja, Miyamizu Mitsuha dan Tachibana Taki, yang benang takdirnya saling bertaut. Kehidupan keduanya terikat oleh koneksi supranatural, yang meski berada di luar apa yang nalar bisa jangkau, tiap-tiap ceritanya begitu gampang diselami. Anomali yang mereka alami tadi memungkinkan mereka untuk dapat bertukar tubuh. Tepat pada perkara ini, segala yang dapat mengakibatkan penikmatnya melesung pipi, mengernyit dahi, dan melembap mata, dimainkan Shinkai dengan rapinya.


Pada film dengan berbagai penghargaan kelas satu ini, Shinkai memainkan cerita lewat sudut pandang orang pertama yang secara bergantian dibebankan kepada Mitsuha dan Taki. Mitsuha dengan cara pandang yang lahir dari tumbuh besarnya di countryside yang sarat akan kultur dan tradisi lawas Jepang yang khas, dan Taki lewat sudut pandang yang muncul dari kehidupan sosial metropolitan yang tidak kalah menarik nan pelik. Dua latar belakang sosial yang dimiliki kedua lakon utama film tersebut sungguh merupakan sebaik-baik cara untuk merepresentasikan suasana kehidupan asli negeri sakura. Negeri yang dikenal luas oleh dunia luar sebagai satu negara yang pesat kemajuan teknologi dan lestari budayanya saling berjalan beriring. Perbedaan latar belakang kedua tokoh inilah yang menjadi satu resep istimewa yang membumbui cerita pertukaran tubuh mereka dengan begitu gurihnya. Sebab, dengan kultur yang sebegitu berbeda, pekerjaan rumah Taki dan Mitsuha tidak sekedar menuntut mereka untuk dapat memerankan kepribadian satu sama lain secara paripurna semasa mereka bertukar raga, melainkan juga tentang bagaimana mereka beradaptasi dengan lingkungan yang baru, latar sosial yang baru serta orang-orang baru di sekitar mereka. Berbekal bahan-bahan yang sedemikian eksotis, Shinkai berhasil mengembangkan dimensi konflik yang lebih luas pada tubuh cerita yang ia tulis.

(Lalu, mengenai bagaimana arus film bergenre fantasi, drama dan romansa ini berhembus, tidak adil rasanya menelanjanginya bulat lewat tulisan yang aku buat. Sebab, barangkali yang demikian bisa jadi memangkas kepuasan beberapa kalian yang belum menyaksikan film ini sampai pungkas. Merampas rasa nyaman masing-masing dari kamu, aku tidak mau).


sc: medium

 

Mengesampingkan perkara di atas, visual film yang diadopsi dari light novel dengan judul yang persis sama ini pun layak rasanya untuk diberi perhatian mendalam. Lantaran pada poin ini, CoMix Wave Films (selaku studio dimana si tayangan lahir dan dibesarkan) sungguh menggarap animasi film tadi tidak sembarang. Tiap-tiap adegan betul-betul dirampungkannya dengan rapi, pula tanpa cacat. Latar-latar ikonik negeri matahari terbit disajikannya luar biasa cantik.  Tiap-tiap adegan yang dipertontonkan seolah merupakan satu karya tangan pada kanvas putih yang menyajikan pemandangan-pemandangan nyata yang dilukis begitu baik. Gedung dan jalan kota, rumput dan belukar, benda-benda di atas meja. Setiap detil betul-betul diperlakukan dengan cermat, sepenuh hati, dan kehati-hatian.


sc: pinterest

 

Sama krusial dengan penggambaran detil dan latar cerita, pemilihan warna menyumbang nilai tambah yang signifikan pula. Gambaran kota yang serba mewah, kesan alam yang natural, setiap elemen warna dimainkan dengan tampan sehingga terbit karya akhir yang benar-benar matang. Mengenai urusan ini, CoMix Wave Films sungguh merampungkan kewajibannya secara istimewa. Sebab, seperti yang kita tahu, masing-masing warna memiliki psikologinya sendiri-sendiri. Sebagaimana merah yang bergairah, hijau yang harmoni, jingga yang sarat kehangatan, biru yang tenang, hitam yang penuh misteri dan sebagainya. Tiap warna yang abadi pada animasi drama ini merupakan satu dari sekian elemen penting yang menjadikan film ini hidup, selain juga berperan hebat dalam menjadikan rasa pemirsanya terbolak-balik sebegitu baik. Oleh karenanya, tidak berlebihan kiranya jika kita menyebut bahwa apa yang mereka (CoMix Wave Films) selesaikan luar biasa berhasil menumpahkan isi dan emosi yang terpendam pada tubuh cerita yang Makoto cipta.

sc: wallpapercave

 

Lalu, musik pengiring menjadi perkara pamungkas yang juga laik untuk diulas.  Radwimps. Adalah band yang mengemban peran penuh untuk menyumbang kontribusi kelas satunya dan menyambung apa-apa yang sudah dibangun lewat plot serta visualisasi cerita. Unik memang. Menggandeng band berhaluan rock pada anime movie remaja yang sarat cerita romansa. Dan istimewanya, yang demikian tadi mereka tangani nyaris tanpa cela. Sebut saja Zenzenzense, Sparkle, Nandemonaiya. Ketiga lagu yang penciptaannya diperuntukkan khusus untuk mengiring dan mengisi kekosongan film ini, disuguhkannya dengan nada semu menggebu-gebu (khas kehidupan remaja yang energik), sekaligus tetap menjaga nuansa sendu pada film “Kimi no Na Wa”. Berkat mereka, sajian visual dan latar musik pada film animasi satu ini berhasil tetap bergerak selaras dan senada. Mendapati karyanya melebur menjadi satu bersama film ini dan mendukung isi cerita sedemikian apik, sepantasnya sudah menjadi bayaran paling mahal atas usaha yang mereka tunaikan betul-betul. Tiap-tiap yang mereka selesaikan sungguh menjadikan film ini sesuatu yang dikenang dan dapat dinikmati banyak orang.


Meski demikian..

Tidak ada yang sempurna. Tentu. Pun dengan film yang Makoto garap. Drama yang kadang seolah kurang bumbu, dan yang satu dua bagian minornya terasa biasa saja, tensi narasi yang sesekali terjun terlampau bebas, alur yang kadang mendadak melambat keterlaluan dan mengharuskan penikmatnya meluaskan sabar, dan musik mungkin, juga pada aspek-aspek lain apapun. Begitulah. Sekalipun demikian, soal-soal remeh barusan tidak dapat mencederai film ini dalam-dalam. “Your Name” masih berada pada deretan tertinggi animasi asal negeri Jepang yang layak dipilih mengisi senggang.

Begitu pendapatku. Pendapatmu?

Oh iya, ngomong-ngomong ulasan film, banyak juga bab-bab menarik mengenai rekomendasi film di BacaterusSeru. Buka aja.

2 comments :

  1. Seperinya aku harus nonton film ini lagi, terakhir nonton pas hype itu dan sekali aja. Banyak yang bilang keren dan jadi banyak omongan, ostnya muter di mana-mana juga.

    Jadi penasaran ini tuh membekasnya gimana gitu wkwkkwk dulu pas nonton berasa "udah gini aja?" atau kurang nyimak atau kurang relate. Tp harus kuakui suasana Jepang dlm animasinya indah banget sih detail juga, kaya beneran ikut hidup di sana jiaaakh.

    Btw I enjoy the revieeew, request review film Ghibli dong wkwkkw ((Ghibli))))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Membekas lah judulnya (kan tadi konteksnya yang dibilang membekas judul yaa wkwk). Judulnya diakhir dipake dgn bagus kan.. buat gantung cerita gitu. nah yang itu tuh bikin penontonnya kesurupan asumsi-asumsi liar, 'eh itu, orang dua biji akhirnya gimana ya?'.

      Ghibli??? Skip. Besok masih mesti bikin asin satu kota.
      -TTD Sales Gudang Garam.

      Delete

Pendapatmu??